- Keindahan
Keindahan berasal
dari kata indah, artinya bagus, permai, cantik, elok, molek dan
sebagainya. Keindahan identik dengan kebenaran. Keindahan identik dengan
kebenaran, sesuatu yang indah itu selalu mengandung kebenaran. Walaupun
kelihatanya indah tapi tidak mengandung kebenaran maka hal itu pada prinsipnya
tidak indah.Keindahan atau keelokan merupakan sifat dan ciri
dari orang, hewan, tempat, objek, atau gagasan yang memberikan pengalaman
persepsi kesenangan, bermakna, atau kepuasan.
Keindahan
diartikan sebagai keadaan yang enak dipandang, cantik, bagus benar atau elok.
Keindahan dipelajari sebagai bagian dari estetika, sosiologi, psikologi sosial,
dan budaya. Sebuah “kecantikan yang ideal” adalah sebuah entitas yang dikagumi,
atau memiliki fitur yang dikaitkan dengan keindahan dalam suatu budaya
tertentu, untuk kesempurnaannya.
- Renungan
Renungan
berasal dari kata renung, artinya dengan diam-diam memikirkan sesuatu, atau
memikirkan sesuatu dengan dalam-dalam. Renungan adalah hasil merenung.
Setiap orang
pernah merenung. Sudah tentu kadar renungannya
berbeda-beda, meskipun obyek yang
direnungkan sama, lebih pula apabila obyek renungannya berbeda. Jadi apa yang
direnungkan itu bergantung kepada obyek dan subyek.
- Keserasian
Keserasian
berasal dari kata serasi dan dari kata dasar rasi, artinya cocok, kena benar,
dan sesuai benar. Kata cocok, kena dan sesuai itu mengandung unsur perpaduan,
pertentangan, ukuran dan seimbang
Keserasian identik dengan keindahan. Sesuatu yang serasi tentu tampak indah dan
yang tidak serasi tidak indah. Karena itu sebagian ahli pikir berpendapat,
bahwa keindahan ialah sejumlah kualitas pokok tertentu yang terdapat pada suatu
hal.
- Kehalusan
Kehalusan
berasal dari kata halus artinya tidak kasar (perbuatan) lembut, sopan, baik
(budi bahasa), beradab.
Halus itu
berarti suatu sikap manusia dalam pergaulan baik dalam masyarakat kecil maupun
dalam masyarakat luas. Sudah tentu sebagai lawannya ialah sikap kasar atau
sikap orang-orang yang sedang emosi, bersikap sombong, bersikap kaku sikap
orang yang sedang bermusuhan. Oleh karena itu kehalusan dapat menunjukan nilai
keindahan seseorang dan sikap kasar bisa mengurangi nilai keindahan dari
seseorang.
- Perbedaan keindahan Objektif dan Subjektif
Dalam buku The
Liang Gie, estetika atau keindahan menjelaskan bahwa dalam menciptakan
seni ada 2 teori yaitu :
- Teori
objektif : Berpendapat bahwa keindahan atau ciri-ciri yang mencipta
nilai estetik adalah sifat (kualitas) yang memang benar melekat dalam bentuk
indah yang bersangkutan, terlepas dari orang yang mengamatinya. Pendukung teori
objektif adalah Plato, Hegel dan Bernard Bocanquat.
- Teori
subjektif : Menyatakan bahwa ciri-ciri yang menciptakan keindahan suatu benda
itu tidak ada, yang ada hanya perasaan dalam diri seseorang yang mengamati
sesuatu benda. Pendukung teori subjektif adalah Henry Home, Earlof Shaffesbury
dan Edmund Burke.
- Faktor-Faktor Pendorong Seseorang Menciptakan Keindahan
Keindahan
yang didasarkan pada selera seni didukung oleh faktor :
1. Kontemplasi
: adalah dasar dalam diri manusia untuk menciptakan sesuatu yang indah.
2. Ekstansi : adalah dasar dalam diri manusia untuk menyatakan, merasakan dan
menikmati sesuatu yang indah.
Apabila
kontemplasi dan ekstansi itu dihubungkan dengan kreatifitas , maka kontemplasi
itu faktor pendorong untuk menciptakan keindahan, sedangkan ekstansi itu
merupakan faktor pendorong pendorong untuk merasakan, menikmati keindahan.
Cerpen Karangan: Alifa Diva
“Tri! Astri! Maen yuk!” ternyata Seno, tetanggaku yang dekat denganku. Aku hanya tetap mencari, sambil menjawab “aku lagi nyari sendalku No,”
Seno tetap berdiri di depan pagar rumahku sambil menggerak gerakkan tangannya.
“Aku bantuin!” seru Seno. Seno lalu membantuku. Tiba-tiba ibu datang.
“Gimana ya? Banjir naik nak, sendal kamu biarin aja hilang!” ujar ibu.
“Ya udah, No! Kamu pulang ya!” pintaku.
“Ya sudah deh, aku laper! mau ke dapur umum bareng?” tanya Seno. Aku menatap ibu.
“Kebetulan ibu laper! yuk!” ajak ibu sambil menarik tanganku dengan kesusahan menembus banjir.
“Astri betul!” seru Seno. Semua orang satu pesatu bersorak seperti itu. Aku hanya tersenyum senang.
- Cerpen Tentang Hubungan Manusia dan Keindahan
Sebutir Biji
Sebuah Kehidupan
Cerpen Karangan: Alifa Diva
Di kotaku,
jarang sekali ada orang yang mau peduli lingkungan. Akibatnya banjir di
mana-mana. Sebenarnya saya bingung, kenapa tidak ada tindakan pemerintah? kan
bagus kalau lingkungan bersih?
kota itu…
Jakarta.
Jakarta
adalah ibukota. Ibukota langganan banjir. Sebenarnya aku prihatin dengan
kondisi ibukota ini! Siapa nanti yang mau tinggal di sini kalau lingkungannya
sangat kotor? Aku tidak tahu masa depan Jakarta seperti apa.
Siang hari
yang lumayan mendung. Aku berjalan-jalan di dekat pekarangan rumahku yang
sedang banjir, mencari-cari sendalku yang tenggelam di air banjir.
“Mana ya?” gumamku sambil terus menacri. Akhirnya, aku memasukkan tanganku ke air untuk mencari sendalku itu. Kalau tidak ibu bisa marah karena sendal itu barusan dibeli bulan lalu, sebelum ada banjir melanda. Tiba-tiba, seseorang memanggilku.
“Mana ya?” gumamku sambil terus menacri. Akhirnya, aku memasukkan tanganku ke air untuk mencari sendalku itu. Kalau tidak ibu bisa marah karena sendal itu barusan dibeli bulan lalu, sebelum ada banjir melanda. Tiba-tiba, seseorang memanggilku.
“Tri! Astri! Maen yuk!” ternyata Seno, tetanggaku yang dekat denganku. Aku hanya tetap mencari, sambil menjawab “aku lagi nyari sendalku No,”
Seno tetap berdiri di depan pagar rumahku sambil menggerak gerakkan tangannya.
“Aku bantuin!” seru Seno. Seno lalu membantuku. Tiba-tiba ibu datang.
“Gimana ya? Banjir naik nak, sendal kamu biarin aja hilang!” ujar ibu.
“Ya udah, No! Kamu pulang ya!” pintaku.
“Ya sudah deh, aku laper! mau ke dapur umum bareng?” tanya Seno. Aku menatap ibu.
“Kebetulan ibu laper! yuk!” ajak ibu sambil menarik tanganku dengan kesusahan menembus banjir.
Setelah lelah
berjalan di air, kami sampai di dapur umum yang tidak kena banjir. Aku sendiri
dan keluarga tidak mengungsi karena rumahku tidak terendam banjir, halamannya
saja.
“Itu ada mi” seru Seno. Aku hanya tersenyum. Dari kemarin mi terus. Tak pernah makanan lain.
“Itu ada mi” seru Seno. Aku hanya tersenyum. Dari kemarin mi terus. Tak pernah makanan lain.
Pemerintah
dimana sih? Batinku. Pemerintah tidak pernah mengirim apapun, kecuali
obat-obatan dan pakaian. Itu belum cukup, kami belum punya makanan dan tempat
tinggal, serta harta-harta yang hanyut terendam.
Aku langsung
berpikir, setelah melihat satu pohon di dekat posko itu.
“Sebutir biji bisa membuahkan kehidupan. Ya! Kita bisa membantu dengan menanam pohon! Walau di Jakarta banyak pohon, tapi tak sejumlah dengan luasnya!” seruku. Orang-orang menoleh.
“Sebutir biji bisa membuahkan kehidupan. Ya! Kita bisa membantu dengan menanam pohon! Walau di Jakarta banyak pohon, tapi tak sejumlah dengan luasnya!” seruku. Orang-orang menoleh.
“Astri betul!” seru Seno. Semua orang satu pesatu bersorak seperti itu. Aku hanya tersenyum senang.
Mulai
sekarang aku belajar untuk mencintai lingkungan. Alhasil, setelah banyak hujan
melanda, kompleksku tidak kena banjir lagi. Terima kasih, pohon!
Daftar
Pustaka :
http://aangyulianhar.blogspot.com/2011/03/bab-5-manusia-dan-keindahan.html
http://cerpenmu.com/cerpen-lingkungan/sebutir-biji-sebuah-kehidupan.html
http://cerpenmu.com/cerpen-lingkungan/sebutir-biji-sebuah-kehidupan.html
Comments
Post a Comment